Fans, friends, family members and prominent figures from the world of sports attended the funeral services for Marco Simoncelli at the Santa Maria Assunta church in Coriano on Thursday, October 27th.
The casket was carried into the Assunta church by friends and members of the Gresini team, and at 3pm the services commenced. Flanking the casket was Simoncelli’s 2008 250cc World Championship Gilera bike on one side, and his MotoGP Honda RC212V on the other. Also in attendance was FIM president Vito Ippolito and CEO of Dorna Sports, Carmelo Ezpeleta.
“What I experienced this afternoon in Coriano was very moving,” says Ippolito. “After seeing the turnout of citizens, fans and the whole paddock there is no doubt that a great rider and a brilliant person has left us. The outpouring of affection that has been shown demonstrates that he has left his mark.”
Alongside Marco’s father Paolo, mother Rosella, sister Martina and girlfriend Kate, in attendance were current and former fellow riders including Valentino Rossi, Alex Criville, Raffaele De Rosa, Chaz Davies, Mattia Pasini, Manuel Poggiali, Jorge Lorenzo, Andrea Dovizioso, Randy de Puniet, Loris Capirossi, Toni Elias, Hiroshi Aoyama and Alex de Angelis.
The ceremony was broadcast on a large video screen outside of the church, as well as on an additional large screen installed at the nearby Misano circuit, so that those outside of the church and at the circuit could witness the ceremony. Prior to the services the screens ran footage of the 24 year-old at his charismatic best in the paddock.
satria modif
Senin, 31 Oktober 2011
Minggu, 30 Oktober 2011
kesalah smon celli
Kesalahan Michael Marcus [True Story of Trader]
Sebuah kisah pengalaman trader terkadang sukar untuk dipahami, bahwa
seorang trader hebat memberikan pengorbanan lebih dari yang kebanyakan
orang kira sebelumnya. Pengorbanan trader tidak selalu berkonotasi
negatif namun dapat pula positif, tergantung dari pemikiran / penilaian
seseorang dalam menanggapinya.
Baru-baru ini, saya mengunjungi salah satu forum trading internasional dan menemukan pembahasan mengenai “The fate of trader” (nasib seorang trader). Thread
tersebut ingin mengingatkan para trader untuk menyadari hal – hal
penting dalam hidupnya. Disajikanlah beberapa kasus yang menyentuh,
dengan harapan agar trader lain tidak menyesal di kemudian hari.
Tanggapan pun mengalir, kisah – kisah mereka menjadi inspirasi
sekaligus motivasi bagi trader dalam penyeimbang hidupnya (trading –
non trading).

Salah satu kisah menarik itu mengangkat nama Michael Marcus,
seorang legenda trader komoditi lulusan psikologi, Universitas
Clark’69, AS. Memulai karir tradingnya di tahun 1972, ia mengorbankan
uang tabungannya berjumlah 700 US dollar untuk sebuah kontrak futures
dan berkembang menjadi 64 ribu US dollar dalam waktu satu tahun.
Reputasi terbaik Marcus dikenal karena telah berhasil
melipatgandakan 30 ribu US dollar menjadi 80 juta US dollar dalam waktu
kurang dari 20 tahun. Ia juga telah memiliki 10 rumah mewah nan indah
di berbagai belahan dunia, yang mungkin saja tidak pernah ditidurinya.
Memang indah benar melihat ladang yang telah digarap Marcus. Namun,
pada kenyataannya ia harus siaga setiap 2 jam sekali untuk mengamati
keadaan pasar yang selalu berubah. Kesibukan yang luar biasa tersebut,
mengakibatkan kisah tragis dalam rumah tangganya. Dalam buku berjudul
“The Predictors”, yang dikarang oleh Thomas Bass, terdapat catatan: “His wife left him, but Marcus was too busy to notice.“. Ya benar, istrinya meninggalkannya, karena dia lebih memperhatikan trading dibandingkan orang yang dia cintai.
Sebuah pesan moral yang terangkat adalah, “if you love something, keep trying. However, don’t expect it to be easy”.
Tidak mudah memang, namun pantaskah untuk diperjuangkan?? Saya pribadi
tidak menyarankan Anda untuk melakukan pengorbanan di luar batas demi
meraih sukses dalam trading. Namun, ingin mengingatkan Anda (sebagai
trader) agar menyadari pentingnya keseimbangan kehidupan dalam
bertrading dan non trading (prioritas).
Terkadang, banyak hal penting yang terlupakan dalam proses
pencapaian kesuksesannya. Alangkah baiknya kita memiliki batasan
tertentu dalam pencapaian itu dan mulai memperbaikinya secara
konsisten, baik itu berhubungan dengan trading ataupun di kehidupan
sehari-hari.
Bagaimana dengan kisah pencapaian Anda?.
Pengorbanan unik apa yang pernah Anda lewati selama trading? Berbagilah
pengalaman Anda bersama kami dan trader lainnya, agar dapat bermanfaat
di masa mendatang.
Sebuah kisah pengalaman trader terkadang sukar untuk dipahami, bahwa
seorang trader hebat memberikan pengorbanan lebih dari yang kebanyakan
orang kira sebelumnya. Pengorbanan trader tidak selalu berkonotasi
negatif namun dapat pula positif, tergantung dari pemikiran / penilaian
seseorang dalam menanggapinya.
Baru-baru ini, saya mengunjungi salah satu forum trading internasional dan menemukan pembahasan mengenai “The fate of trader” (nasib seorang trader). Thread
tersebut ingin mengingatkan para trader untuk menyadari hal – hal
penting dalam hidupnya. Disajikanlah beberapa kasus yang menyentuh,
dengan harapan agar trader lain tidak menyesal di kemudian hari.
Tanggapan pun mengalir, kisah – kisah mereka menjadi inspirasi
sekaligus motivasi bagi trader dalam penyeimbang hidupnya (trading –
non trading).

Salah satu kisah menarik itu mengangkat nama Michael Marcus,
seorang legenda trader komoditi lulusan psikologi, Universitas
Clark’69, AS. Memulai karir tradingnya di tahun 1972, ia mengorbankan
uang tabungannya berjumlah 700 US dollar untuk sebuah kontrak futures
dan berkembang menjadi 64 ribu US dollar dalam waktu satu tahun.
Reputasi terbaik Marcus dikenal karena telah berhasil
melipatgandakan 30 ribu US dollar menjadi 80 juta US dollar dalam waktu
kurang dari 20 tahun. Ia juga telah memiliki 10 rumah mewah nan indah
di berbagai belahan dunia, yang mungkin saja tidak pernah ditidurinya.
Memang indah benar melihat ladang yang telah digarap Marcus. Namun,
pada kenyataannya ia harus siaga setiap 2 jam sekali untuk mengamati
keadaan pasar yang selalu berubah. Kesibukan yang luar biasa tersebut,
mengakibatkan kisah tragis dalam rumah tangganya. Dalam buku berjudul
“The Predictors”, yang dikarang oleh Thomas Bass, terdapat catatan: “His wife left him, but Marcus was too busy to notice.“. Ya benar, istrinya meninggalkannya, karena dia lebih memperhatikan trading dibandingkan orang yang dia cintai.
Sebuah pesan moral yang terangkat adalah, “if you love something, keep trying. However, don’t expect it to be easy”.
Tidak mudah memang, namun pantaskah untuk diperjuangkan?? Saya pribadi
tidak menyarankan Anda untuk melakukan pengorbanan di luar batas demi
meraih sukses dalam trading. Namun, ingin mengingatkan Anda (sebagai
trader) agar menyadari pentingnya keseimbangan kehidupan dalam
bertrading dan non trading (prioritas).
Terkadang, banyak hal penting yang terlupakan dalam proses
pencapaian kesuksesannya. Alangkah baiknya kita memiliki batasan
tertentu dalam pencapaian itu dan mulai memperbaikinya secara
konsisten, baik itu berhubungan dengan trading ataupun di kehidupan
sehari-hari.
Bagaimana dengan kisah pencapaian Anda?.
Pengorbanan unik apa yang pernah Anda lewati selama trading? Berbagilah
pengalaman Anda bersama kami dan trader lainnya, agar dapat bermanfaat
di masa mendatang.
Langganan:
Postingan (Atom)